Unknown




ES CAMPUR KOLANG KALING
-YeyenNF-
               
Mungkin pernah aku melihat burung gagak dengan berisiknya berkicau diantara rindang pohon, membisingkan memang. Lalu pernah juga kulihat pelatuk pistol yang akan ditarik si penembak diujung jurang. Takkan pernah ada yang mengerti akan keluh jiwa ini. Saat semua atmosfer terasa sama. Terasa senada dengan ujung tombak yang menengadah keatas menara. Semua telah siap tuk diluluh lantahkan. Berjalanlah diatas seutas tali tipis yang menjuntai diantara gedung pencakar langit lantai paling atas. Bayangkan tak seorangpun mau tuk menolongmu. Elang mungkin hanya akan melintas untuk memotong seutas tali itu. Tapi sebelum kau melakukan itu, cobalah ingat hal yang mungkin pernah kau ingat. Berlarian dipadang rumput, atau menghabiskan waktu dengan ribuan riak air terjun ditepi sana mungkin adalah jawaban yang benar-benar harus kau pilih. Saat kegelapan tiba dan disana kau tak terlihat sama sekali oleh oranglain, lalu lilin yang kau pegang telah tertiup angin dan yang bisa kau lakukan hanyalah diam. Tak ada kesempatan bagimu tuk mencari lentera atau pencahayaan lain. Dan lagi-lagi tak ada yang mau menolongmu.

Hidup terkadang tak sesuai dengan seberapa jauh kau berpijak ataupun seberapa luas hal yang telah kau pandang. Berdiam diantara rumpun bambu mungkin lebih mengasyikkan dibandingkan memikirkan hal seperti ini. Aku ingat saat dahulu pernah ku tarik ulur layang-layang yang kuterbangkan, pernah pula tanah yang kupakai untuk mencuci bajuku agar lusuh, dan pernah kutempuh jalan terjal untuk berselancar diatas turunan jalan.Tidak pernah kukira, seiring berjalannya waktu dan rupanya aku lupa cara tuk berterimakasih. Entahlah, maksudku tidak untuk berlaku demikian. Dunia ini sepertinya ingin saja mempermainkan jalan ini. Rasanya ingin sekali berlari mengitari bumi. Atau bertemu rimbunnya terumbu karang. Ataupun berselancar diujung senja.

Panas terik matahari terasa seiring dengan laju jam pasir yang terus berkurang. Terdengar bisikan-bisikan bahwa aku berada dibawah. Habiskan saja waktumu untuk membahas semua itu. Akan kubayar omong kosong yang kau lontarkan itu dengan tangisan haru. Tak pernah aku menemukan seekor pecundang seperti itu. Lalu, apakah bisa kau menyelesaikan masalah hanya dengan melihat kemasan dari masalah itu sendiri? Andai saja hidup itu seperti matematika, semuanya hanya ada rumus. Tidak ada yang namanya percekcokan ataupun pembuangan waktu. Bingung saat semua kepala besar mengantri untuk dilatih oleh sang ahli sedangkan para intelek hanya harus membersihkan meja mereka yang berdebu? Jadi, apakah ada keadilan dimata hukum? Sudahlah hukum takkan pernah bisa melihatnya. Memiliki mata pun mereka tidak.

 Terkadang aku benci dunia ini. Dan juga manusia. Aku benci cara mereka berjalan. Aku benci cara mereka berbicara. Dan aku benci cara mereka memperlakukan oranglain. Mungkin hanya keegoisan saja yang ada dibenaknya. Tapi aku percaya pada hakikatnya semua manusia itu baik. Hanya saja beberapa diantara mereka berlaku demikian. Entah apa yang membuat mereka berlaku demikian. Apakah mereka menganggap bahwa mereka bukanlah manusia atau ada alasan lain yang memperkuat itu semua. Sudahlah seberapa banyak kita berkicau, takkan pernah ada manusia yang mau mendengarnya. Memang aku yang menulis ini adalah seorang manusia. Tapi pengakuan itu hanya akan dinilai oleh oranglain. Dan yang menentukan kita manusia atau bukan. Hanyalah cara kita berperilaku. Entahlah aku ini termasuk manusia atau bukan. Perspektif orang-orang bebeda tentunya. Saya mengutarakan semua ini bukan karena saya menganggap rendah manusia lain. Tapi saya ingin mengingatkan akan mereka, dunia mereka, dan semua yang melekat pada mereka. Hidup ini perlu peringatan selagi kita bisa memperingatkan.

Seperti sebuah roda, kita terkadang diatas dan terkadang dibawah. Jalani saja, hidup memang suatu perjalanan. Takkan pernah ada yang mendengarmu jika kau hanya berteriak didalam gua. Takkan pernah ada yang menghiraukanmu jika kau hanya terlentang di jalan raya. Apakah benar hidup itu hanya antara teori dan teori? Jika benar, mungkin semua manusia kini akan tinggal didalam perpustakaan. Semua enslikopedi laris dibacanya. Dan mereka akan bersahabat dengan abjad. Semua yang ada di dunia ini diciptakan untuk saling melengkapi, dan berbagi upeti. Bukan mempersiapkan bekal ke langit, mereka malah membuat kendaraan mewah tuk menuju kesana. Mengherankan bukan? Hidup memang tak senikmat Es campur kolang kaling.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Promotions