Archive for September 2016
Cara membuat sinopsis [ TRIK INIMAH ]
Untuk membuat sinopsis/ringkasan sebuah novel, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. baca terlebih dahulu keseluruhan novel yang akan kalian sinopsiskan.
2. Jangan lupa catat gagasan utama setiap urutan peristiwa yang ada dalam novel tsb.bisa juga dengan menggaris bawahi gagasan2 yang kamu anggap penting ya !
3. Tuliskan ringkasan berdasarkan gagasan2 utama yang sudah kamu catat dalam langkah ke dua
4. Dianjurkan untuk menggunakan bahasa yang padat, efektif dan juga menarik, tujuannya agar merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli.
5. Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis garis besarnya saja
6. Dan yang terpenting sinopsis atau ringkasan novel tidak boleh menyimpang dari jalan cerita juga isi keseluruhan novel tersebut.
*Nah itulah cara membuat sinopsis yang dapat membantu kalian mengerjakan tugas sekolah ataupun mengembangkan hobi kalian.
1. baca terlebih dahulu keseluruhan novel yang akan kalian sinopsiskan.
2. Jangan lupa catat gagasan utama setiap urutan peristiwa yang ada dalam novel tsb.bisa juga dengan menggaris bawahi gagasan2 yang kamu anggap penting ya !
3. Tuliskan ringkasan berdasarkan gagasan2 utama yang sudah kamu catat dalam langkah ke dua
4. Dianjurkan untuk menggunakan bahasa yang padat, efektif dan juga menarik, tujuannya agar merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli.
5. Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis garis besarnya saja
6. Dan yang terpenting sinopsis atau ringkasan novel tidak boleh menyimpang dari jalan cerita juga isi keseluruhan novel tersebut.
*Nah itulah cara membuat sinopsis yang dapat membantu kalian mengerjakan tugas sekolah ataupun mengembangkan hobi kalian.
CERPEN : Es campur kolang kaling
ES CAMPUR KOLANG
KALING
-YeyenNF-
Mungkin pernah
aku melihat burung gagak dengan berisiknya berkicau diantara rindang pohon,
membisingkan memang. Lalu pernah juga kulihat pelatuk pistol yang akan ditarik
si penembak diujung jurang. Takkan pernah ada yang mengerti akan keluh jiwa
ini. Saat semua atmosfer terasa sama. Terasa senada dengan ujung tombak yang
menengadah keatas menara. Semua telah siap tuk diluluh lantahkan. Berjalanlah
diatas seutas tali tipis yang menjuntai diantara gedung pencakar langit lantai
paling atas. Bayangkan tak seorangpun mau tuk menolongmu. Elang mungkin hanya
akan melintas untuk memotong seutas tali itu. Tapi sebelum kau melakukan itu,
cobalah ingat hal yang mungkin pernah kau ingat. Berlarian dipadang rumput,
atau menghabiskan waktu dengan ribuan riak air terjun ditepi sana mungkin adalah
jawaban yang benar-benar harus kau pilih. Saat kegelapan tiba dan disana kau
tak terlihat sama sekali oleh oranglain, lalu lilin yang kau pegang telah
tertiup angin dan yang bisa kau lakukan hanyalah diam. Tak ada kesempatan
bagimu tuk mencari lentera atau pencahayaan lain. Dan lagi-lagi tak ada yang
mau menolongmu.
Hidup
terkadang tak sesuai dengan seberapa jauh kau berpijak ataupun seberapa luas
hal yang telah kau pandang. Berdiam diantara rumpun bambu mungkin lebih
mengasyikkan dibandingkan memikirkan hal seperti ini. Aku ingat saat dahulu
pernah ku tarik ulur layang-layang yang kuterbangkan, pernah pula tanah yang
kupakai untuk mencuci bajuku agar lusuh, dan pernah kutempuh jalan terjal untuk
berselancar diatas turunan jalan.Tidak pernah kukira, seiring berjalannya waktu
dan rupanya aku lupa cara tuk berterimakasih. Entahlah, maksudku tidak untuk
berlaku demikian. Dunia ini sepertinya ingin saja mempermainkan jalan ini.
Rasanya ingin sekali berlari mengitari bumi. Atau bertemu rimbunnya terumbu
karang. Ataupun berselancar diujung senja.
Panas terik
matahari terasa seiring dengan laju jam pasir yang terus berkurang. Terdengar
bisikan-bisikan bahwa aku berada dibawah. Habiskan saja waktumu untuk membahas
semua itu. Akan kubayar omong kosong yang kau lontarkan itu dengan tangisan
haru. Tak pernah aku menemukan seekor pecundang seperti itu. Lalu, apakah bisa
kau menyelesaikan masalah hanya dengan melihat kemasan dari masalah itu
sendiri? Andai saja hidup itu seperti matematika, semuanya hanya ada rumus.
Tidak ada yang namanya percekcokan ataupun pembuangan waktu. Bingung saat semua
kepala besar mengantri untuk dilatih oleh sang ahli sedangkan para intelek
hanya harus membersihkan meja mereka yang berdebu? Jadi, apakah ada keadilan
dimata hukum? Sudahlah hukum takkan pernah bisa melihatnya. Memiliki mata pun
mereka tidak.
Terkadang aku
benci dunia ini. Dan juga manusia. Aku benci cara mereka berjalan. Aku benci
cara mereka berbicara. Dan aku benci cara mereka memperlakukan oranglain.
Mungkin hanya keegoisan saja yang ada dibenaknya. Tapi aku percaya pada
hakikatnya semua manusia itu baik. Hanya saja beberapa diantara mereka berlaku
demikian. Entah apa yang membuat mereka berlaku demikian. Apakah mereka
menganggap bahwa mereka bukanlah manusia atau ada alasan lain yang memperkuat
itu semua. Sudahlah seberapa banyak kita berkicau, takkan pernah ada manusia
yang mau mendengarnya. Memang aku yang menulis ini adalah seorang manusia. Tapi
pengakuan itu hanya akan dinilai oleh oranglain. Dan yang menentukan kita
manusia atau bukan. Hanyalah cara kita berperilaku. Entahlah aku ini termasuk
manusia atau bukan. Perspektif orang-orang bebeda tentunya. Saya mengutarakan
semua ini bukan karena saya menganggap rendah manusia lain. Tapi saya ingin
mengingatkan akan mereka, dunia mereka, dan semua yang melekat pada mereka.
Hidup ini perlu peringatan selagi kita bisa memperingatkan.
Seperti sebuah
roda, kita terkadang diatas dan terkadang dibawah. Jalani saja, hidup memang
suatu perjalanan. Takkan pernah ada yang mendengarmu jika kau hanya berteriak
didalam gua. Takkan pernah ada yang menghiraukanmu jika kau hanya terlentang di
jalan raya. Apakah benar hidup itu hanya antara teori dan teori? Jika benar,
mungkin semua manusia kini akan tinggal didalam perpustakaan. Semua enslikopedi
laris dibacanya. Dan mereka akan bersahabat dengan abjad. Semua yang ada di
dunia ini diciptakan untuk saling melengkapi, dan berbagi upeti. Bukan
mempersiapkan bekal ke langit, mereka malah membuat kendaraan mewah tuk menuju
kesana. Mengherankan bukan? Hidup memang tak senikmat Es campur kolang kaling.
CERPEN : Sepenggal mimpi
SEPENGGAL MIMPI
-YeyenNF-
Kulihat
tumpukkan buku kian hari kian menggunung. Jelas tumpukkan buku itu bukan berisi
enslikopedi ataupun buku ilmiah lainnya. Pengapnya kamar ini terasa semakin
memperburuk suasana. Bukan mengerjakan, tapi malah kupikir apakah akan berarti
semua tumpukkan buku ini untuk kemudian hari? Egois memang manusia yang belum
seberapa pandai menimba ilmu di negri orang ini. Tetesan tinta yang mulai
kupaksakan untuk menetes seakan seirama dengan apa yang kupikirkan saat itu. Ya benar, masa yang akan datang. Masa dimana
kita akan menjadi manusia yang sebenarnya. Yang bahkan dengan puluhan pin yang
menempel di kemeja, semua itu takkan pernah cukup untuk menggapai itu.
Bahkan pernah
kudengar, seorang montir itu lebih muliad daripada seorang pejabat. Tak cukup
untuk aku jelaskan pada sebuah artikel untuk membahas ini. Hingga pada suatu
hari, ketika fajar sudah terlelap dan aku seakan teringat pada masa kecil.
Dimana pernah aku ngin berkecimpung di dalam laboratorium, atau dalam sirkuit,
atau didalam ruangan khusus. Kemudian aku terbangun dari lamunan karena sontak
aku melihat teman temanku yang sibuk berlari mengejar layang-layang.
Ibuku, sesosok
manusia yang sangat amat aku sayangi. Entah apa setiap aku melihatnya seakan
semangat yang terpuruk ini menjadi menyala kembali. Begitu juga ayah. Aku
menyayangi mereka berdua. Ekspektasi membuatku berangan-angan untuk memerangi
rintangan. Tanpa adanya uang, musnah sudah. Apa daya di negara ini segala
bentuk penghidupan selalu saja berujung pada uang.
Aku?aku tak
punya kesempatan sama sekali untuk menjadi salahsatu dari para “moneyplayer”
itu. Dan sungguh aku tidak pernah menginginkannya. Heran aku dibuatnya. Negara
ini menginginkan penerus yang jujur, tetapi? Apakah prosedur yang telah
dijalankan pemerintah mampu membuat semua hal itu terwujud?
Selain itu,
ridha orangtua memang yang utama. Tak ada lagi jalan bagiku untuk melangkah
dilapangan terjal, kawat berduri dan arena push up. Ingin sekali aku mencari
jalan keluar, tapi apa yang akan aku temui nanti sudah aku perkirakan.
Kekecewaan. Meang sudah pasti hal itu akan terjadi, sekuat apapun aku berusaha
pasti jalan akan membawaku kearah yang sama. Kesal, kecewa, dan ketidakadilan
sudah sepantasnya aku dapatkan.
Tak pernah
secercah cahaya melintas disudut pengap kamarku. Sudahlah hari memang harus
terus dijalani, sepahit apapun hidup. Mungkin hidup itu terkadang diciptakan
untuk mengubur mimpi. Tak pernah akan aku sesali, tak pernah aku menyalahkan
keadaan. Kini aku mulai berfikir bahwa memberi oranglain suatu pembelajaran
adalah hal yang mulia. Terimakasih ibu, terimakasih ayah kau masih mampu
menyayangiku hingga saat ini. Kalian amat kusayang, kalian berarti. Aku dan sepenggal mimpi.